MAKALAH GEOGRAFI TENTANG TATA SURYA



 MAKALAH GEOGRAFI
  KATA PENGANTAR
     Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa karena atas limpahan rahmat dan hidayahnyalah sehingga kami dapat menyelesaikan maakalah geografi ini yang berjudul “ teori-teori terjadinya tata surya dan jagad raya “ walaupun masih sederhana.
     Dalam pembuatan makalah ini, kami tidak luput dari berabagai macam kendala. Namun berkat ketabahan dan kerja keras yang di iringi dengan doa yang tulus kepada Allah swt. Kendala tersebut sedikit demi sedikit dapat terisi.
     Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritiknya untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam penulisan hal semacam ini di masa-masa yang akan datang semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Lamuru, 1 November 2011
                                                                                Penulis
Kelompok II









i
DAFTAR ISI
 





Kata pengantar                                                                      i
Daftar isi                                                                              ii
BAB I .PENDAHULUAN                                                     1
A.  Latar belakang                                                                   1
B.   Pokok permasalahan                                                            1
C.   Tujuan                                                                               1
BAB II .PEMBAHASAN                                                     2
A.  Sejarah terjadinya tata surya                                            2
Teori-teori terjadinya tata surya                               2
Gambar-gambar tata surya                                                8
B.   Asal mula jagat raya                                                           9
Teori-teori terjadinya jagat raya                               11
BAB III .PENUTUP                                                            13
A.  Kesimpulan                                                                                 13
B.   Keritik dan saran                                                                        13
Daftar pustaka                                                                      14








ii
BAB I
 



A.  LATAR BELAKANG
Sebuah teori lahir dari keingintahuan akan suatu kejadian atau keadaan. Tidak mudah untuk mempercayai sebuah teori baru, apalagi jika teori tersebut lahir ditengah kondisi masyarakat yang memiliki kepercayaan yang berbeda. Tapi itulah kenyataan yang harus dihadapi oleh para ilmuwan di awal-awal penemuan mereka.
 Jauh sebelum Masehi, berbagai penelitian, pengamatan dan perhitungan telah dilakukan mengetahui semua rahasia dibalik Tata Surya. Dari para pengamat Yunani ditemukan bahwa selain objek-objek yang terlihat tetap di langit, tampak juga objek-objek yang mengembara dan dinamakan planet. Sampai dengan tahun 1960, perkembangan teori pembentukan Tata Surya bisa dibagi dalam dua kelompok besar yakni masa sebelum Newton dan masa sesudah Newton. Teori-teori itu akan di bahas pada pembahasan makalah ini.
Dalam rangka memperingati 200 tahun kelahiran Charles Darwin, sang penggagas teori evolusi, di selenggarakan diskusi yang berjudul “Agama, Sains, dan Teori Evolusi” pada tanggal 29 april 2009 . Agak terlambat memang, sebab tarikh kelahiran Darwin tercatat pada bulan Desember, tepatnya pada tanggal 12 Desember 1809. Sedang bulan April sendiri tercatat sebagai bulan wafat Darwin. Darwin wafat pada 19 April 1882 di usia 72 tahun. Tetapi pokok soal yang didiskusikan pada malam itu sungguh bersifat lifetime, dengan demikian menjadi bersifat relatif terhadap waktu. sebuah fakta mendasar bahwa sistem besar yang bekerja di jagat raya ini, baik jagat makro maupun mikro, tak lain adalah evolusi. Dalam buku A Brief History of Time, Hawking menjelaskan bahwa jagat raya ini bermula dari sebuah singularitas pada sekitar 10 milyar tahun lampau. Dari singularitas inilah terjadi Big Bang, sebuah dentuman besar. Setelah terjadi ledakan besar, jagat raya kemudian terus-menerus mengalami proses pemuaian.
B.    POKOK PERMASALAHAN
Berdasarkan dari uraian di atas yang telah di sebutkan maka penulis ingin mencoba untuk mengemukakan teori-teori terjadinya tata surya dan asal mula jagad raya. Maka dalam makalah ini akan di bahas tentang teori-teori terjadinya tata surya dan asal mula jagad raya.
C.   TUJUAN
Setelah mempelajari BAB ini di harapkan mampu mengemukakan teori-teori terjadinya tata surya dan jagat raya.





1
BAB II
 



A.SEJARAH TERJADINYA TATA SURYA
Sebuah teori lahir dari keingintahuan akan suatu kejadian atau keadaan. Tidak mudah untuk mempercayai sebuah teori baru, apalagi jika teori tersebut lahir ditengah kondisi masyarakat yang memiliki kepercayaan yang berbeda. Tapi itulah kenyataan yang harus dihadapi oleh para ilmuwan di awal-awal penemuan mereka.
Hal utama yang dihadapi untuk mengerti lebih jauh lagi tentang Tata Surya adalah bagaimana Tata Surya itu terbentuk, bagaimana objek-objek didalamnya bergerak dan berinteraksi serta gaya yang bekerja mengatur semua gerakan tersebut. Jauh sebelum Masehi, berbagai penelitian, pengamatan dan perhitungan telah dilakukan mengetahui semua rahasia dibalik Tata Surya.
Pengamatan pertama kali dilakukan oleh bangsa China dan Asia Tengah, khususnya dalam pengaruhnya pada navigasi dan pertanian. Dari para pengamat Yunani ditemukan bahwa selain objek-objek yang terlihat tetap di langit, tampak juga objek-objek yang mengembara dan dinamakan planet. Orang-orang Yunani saat itu menyadari bahwa Matahari, Bumi, dan Planet merupakan bagian dari sistem yang berbeda. Awalnya mereka memperkirakan Bumi dan Matahari berbentuk pipih tapi Phytagoras (572-492 BC) menyatakan semua benda langit berbentuk bola (bundar).
Sampai dengan tahun 1960, perkembangan teori pembentukan Tata Surya bisa dibagi dalam dua kelompok besar yakni masa sebelum Newton dan masa sesudah Newton.
Teori-teori terjadinya tata surya:
2
1. Permulaan Perhitungan Ilmiah
Perhitungan secara ilmiah pertama kali dilakukan oleh Aristachrus dari Samos (310-230 BC). Ia mencoba menghitung sudut Bulan-Bumi-Matahari dan mencari perbandingan jarak dari Bumi-Matahari, dan Bumi-Bulan. Aristachrus juga merupakan orang pertama yang menyimpulkan Bumi bergerak mengelilingi Matahari dalam lintasan berbentuk lingkaran yang menjadi titik awal teori Heliosentrik. Jadi bisa kita lihat kalau teori heliosentrik bukan teori yang baru muncul di masa Copernicus. Namun jauh sebelum itu, Aristrachrus sudah meletakkan dasar bagi teori heliosentris tersebut.
Pada era Alexandria, Eratoshenes (276-195BC) dari Yunani berhasil menemukan cara mengukur besar Bumi, dengan mengukur panjang bayangan dari kolom Alexandria dan Syene. Ia menyimpulkan, perbedaan lintang keduanya merupakan 1/50 dari keseluruhan revolusi. Hasil perhitungannya memberi perbedaan sebesar 13% dari hasil yang ada saat ini.
2.Ptolemy dan Teori Geosentrik
Ptolemy (c 150AD) menyatakan bahwa semua objek bergerak relatif terhadap bumi. Dan teori ini dipercaya selama hampir 1400 tahun. Tapi teori geosentrik mempunyai kelemahan, yaitu Matahari dan Bulan bergerak dalam jejak lingkaran mengitari Bumi, sementara planet bergerak tidak teratur dalam serangkaian simpul ke arah timur. Untuk mengatasi masalah ini, Ptolemy mengajukan dua  komponen gerak. Yang pertama, gerak dalam orbit lingkaran yang seragam dengan periode satu tahun pada titik yang disebut deferent. Gerak yang kedua disebut epycycle, gerak seragam dalam lintasan lingkaran dan berpusat pada deferent.
3. Teori heliosentrik dan gereja
    Nicolaus Copernicus (1473-1543) merupakan orang pertama yang secara terang-terangan menyatakan bahwa Matahari merupakan pusat sistem Tata Surya, dan Bumi bergerak mengeliinginya dalam orbit lingkaran. Untuk masalah orbit, data yang didapat Copernicus memperlihatkan adanya indikasi penyimpangan kecepatan sudut orbit planet-planet. Namun ia mempertahankan bentuk orbit lingkaran dengan menyatakan bahwa orbitnya tidak kosentrik. Teori heliosentrik disampaikan Copernicus dalam publikasinya yang berjudul De Revolutionibus Orbium Coelestium kepada Paus Pope III dan diterima oleh gereja.
Tapi dikemudian hari setelah kematian Copernicus pandangan gereja berubah ketika pada akhir abad ke-16 filsuf Italy, Giordano Bruno, menyatakan semua bintang mirip dengan Matahari dan masing-masing memiliki sistem planetnya yang dihuni oleh jenis manusia yang berbeda. Pandangan inilah yang menyebabkan ia dibakar dan teori Heliosentrik dianggap berbahaya karena bertentangan dengan pandangan gereja yang menganggap manusialah yang menjadi sentral di alam semesta.
4. Lahirnya Hukum Kepler
Walaupun Copernicus telah menerbitkan tulisannya tentang Teori Heliosentrik, tidak semua orang setuju dengannya. Salah satunya, Tycho Brahe (1546-1601) dari Denmark yang mendukung teori matahari dan bulan mengelilingi bumi sementara planet lainnya mengelilingi matahari. Tahun 1576, Brahe membangun sebuah observatorium di pulau Hven, di laut Baltic dan melakukan penelitian disana sampai kemudian ia pindah ke Prague pada tahun 1596.
Di Prague, Brahe menghabiskan sisa hidupnya menyelesaikan tabel gerak planet dengan bantuan asistennya Johannes Kepler (1571-1630). Setelah kematian Brahe, Kepler menelaah data yang ditinggalkan Brahe dan menemukan bahwa orbit planet tidak sirkular melainkan elliptik.
Kepler kemudian mengeluarkan tiga hukum gerak orbit yang dikenal sampai saat ini yaitu ;

  1. Planet bergerak dalam orbit ellips mengelilingi matahari sebagai pusat sistem.
  2. Radius vektor menyapu luas yang sama dalam interval waktu yang sama.
  3. Kuadrat kala edar planet mengelilingi matahari sebanding dengan pangkat tiga jarak rata-rata dari matahari.
3
Kepler menuliskan pekerjaannya dalam sejumlah buku, diantaranya adalah Epitome of The Copernican AstronomyIndex Librorum Prohibitorum yang merupakan buku terlarang bagi umat Katolik. Dalam daftar ini juga terdapat publikasi Copernicus, De Revolutionibus Orbium Coelestium. dan segera menjadi bagian dari daftar
5. Awal mula dipakainya teleskop
Pada tahun 1608, teleskop dibuat oleh Galileo Galilei (1562-1642), .Galileo merupakan seorang professor matematika di Pisa yang tertarik dengan mekanika khususnya tentang gerak planet. Ia salah satu yang tertarik dengan publikasi Kepler dan yakin tentang teori heliosentrik. Dengan teleskopnya, Galileo berhasil menemukan satelit-satelit Galilean di Jupiter dan menjadi orang pertama yang melihat keberadaan cincin di Saturnus.
Salah satu pengamatan penting yang meyakinkannya mengenai teori heliosentrik adalah masalah fasa Venus. Berdasarkan teori geosentrik, Ptolemy menyatakan venus berada dekat dengan titik diantara matahari dan bumi sehingga pengamat dari bumi hanya bisa melihat venus saat mengalami fasa sabit.
Tapi berdasarkan teori heliosentrik dan didukung pengamatan Galileo,        semua fasa Venus bisa terlihat bahkan ditemukan juga sudut piringan venus lebih besar saat fasa sabit dibanding saat purnama. Publikasi Galileo yang memuat pemikirannya tentang teori geosentrik vs heliosentrik, Dialogue of The Two Chief World System, menyebabkan dirinya dijadikan tahanan rumah dan dianggap sebagai penentang oleh gereja.
6. Dasar yang diletakkan Newton
Di tahun kematian Galileo, Izaac Newton (1642-1727) dilahirkan. Bisa dikatakan Newton memberi dasar bagi pekerjaannya dan orang-orang sebelum dirinya terutama mengenai asal mula Tata Surya. Ia menyusun Hukum Gerak Newton dan kontribusi terbesarnya bagi Astronomi adalah Hukum Gravitasi yang membuktikan bahwa gaya antara dua benda sebanding dengan massa masing-masing objek dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda. Hukum Gravitasi Newton memberi penjelasan fisis bagi Hukum Kepler yang ditemukan sebelumnya berdasarkan hasil pengamatan. Hasil pekerjaannya dipublikasikan dalam Principia yang ia tulis selama 15 tahun.
Teori Newton menjadi dasar bagi berbagai teori pembentukan Tata Surya yang lahir kemudian, sampai dengan tahun 1960 termasuk didalamnya teori monistik dan teori dualistik. Teori monistik menyatakan bahwa matahari dan planet berasal dari materi yang sama. Sedangkan teori dualistik menyatakan matahari dan bumi berasal dari sumber materi yang berbeda dan terbetuk pada waktu yang berbeda.
7. Teori Pembentukan Tata Surya Sesudah Newton
Kemunculan Newton dengan teori gravitasinya menjadi dasar yang kuat dalam menciptakan teori ilmiah pembentukan Tata Surya. Dalam artikel ini akan dibahas teori pembentukan Tata Surya yang lahir sesudah era Newton sampai akhir abad ke-19. Perkembangan teori pembentukan Tata Surya sampai dengan tahun 1960 terbagi dalam dua kelompok pemikiran yakni teori monistik yang menyatakan bahwa matahari dan planet berasal dari materi yang sama. Dan yang kedua teori dualistik menyatakan matahari dan bumi berasal dari sumber materi yang berbeda dan terbetuk pada waktu yang berbeda.
8. Teori Komet Buffon
Tahun 1745, George comte de Buffon (1701-1788) dari Perancis mempostulatkan teori dualistik dan katastrofi yang menyatakan bahwa tabrakan komet dengan permukaan matahari menyebabkan materi matahari terlontar dan membentuk planet pada jarak yang berbeda. Kelemahannya Buffon tidak bisa menjelaskan asal komet. Ia hanya mengasumsikan bahwa komet jauh lebih masif dari kenyataannya.
9. Teori Nebula Laplace
Ada beberapa teori yang menginspirasi terbentuknya teori Laplace, dimulai dari filsuf Perancis, Renè Descartes (1596-1650) yang percaya bahwa angkasa terisi oleh “fluida alam semesta” dan planet terbentuk dalam pusaran air. Sayangnya teori ini tidak didukung dasar ilmiah.
Seratus tahun kemudian Immanuel Kant (1724-1804) menunjukkan adanya awan gas yang berkontraksi dibawah pengaruh gravitasi sehingga awan tersebut menjadi pipih. Ide ini didasarkan dari teori pusaran Descartes tapi fluidanya berubah menjadi gas. Setelah adanya teleskop, William Herschel (1738-1822)

4
mengamati adanya nebula yang ia asumsikan sebagai kumpulan bintang yang gagal. Tahun 1791, ia melihat bintang tunggal yang dikelilingi halo yang terang. Hal inilah yang memberinya kesimplan bahwa bintang terbentuk dari nebula dan halo merupakan sisa nebula.
Dari teori-teori ini Pierre Laplace (1749-1827) menyatakan adanya awan gas dan debu yang berputar pelan dan mengalami keruntuhan akibat gravitasi. Pada saat keruntuhan, momentum sudut dipertahankan melalui putaran yang dipercepat sehingga terjadi pemipihan. Selama kontraksi ada materi yang tertinggal kedalam bentuk piringan sementara pusat massa terus berkontraksi. Materi yang terlepas kedalam piringan akan membentuk sejumlah cincin dan materi di dalam cincin akan mengelompok akibat adanya gravitasi. Kondensasi juga terjadi di setiap cincin yang menyebabkan terbentuknya sistem planet. Materi di dalam awan yang runtuh dan memiliki massa dominan akan membentuk matahari.
Namun menurut Clerk Maxwell (1831-1879) letak permasalahan teori ini cincin hanya bisa stabil jika terdiri dari partikel-partikel padat bukannya gas. Menurut Maxwell cincin tidak bisa berkondensasi menjadi planet karena gaya inersianya akan memisahkan bagian dalam dan luar cincin. Seandainya proses pemisahan bisa terlewati, massa cincin masih jauh lebih masif dibanding massa planet yang terbentuk.
Permasalahan lain muncul dari distribusi momentum sudut dimana tidak ada mekanisme tertentu yang bisa menjelaskan bahwa keberadaan materi dalam jumlah kecil, yang membentuk planet, bisa memiliki semua momentum sudutnya. Seharusnya sebagian besar momentum sudut berada di pusat objek. Jika momentum sudut intrinsik dari materi luar bisa membentuk planet, maka kondensasi pusat tidak mungkin runtuh untuk membentuk bintang,
10. Penyempurnaan Teori Laplace
Tahun 1854, Edouard Roche (1820-1883) mengatakan bahwa awan yang diajukan Laplace dalam teorinya bisa memiliki kondensasi pusat yang tinggi sehingga sebagian besar massa berada dekat spin axis dan memiliki kaitan yang kecil dengan momentum angular. Tahun 1873, Roche menyempurnakan teori Laplace dengan analisis “Matahari ditambah atmosfer”, yang memiliki kondensasi pusat yang tinggi. Model ini berada diluar rentang planet dan mengalami keruntuhan saat mendingin. Dalam model ini atmosfer berkorotasi terhadap matahari. Saat sistem mengalami keruntuhan kecepatan sudut bertambah untuk mempertahankan momentum sudut sementara jarak mengecil. Jika jarak mengecil lebih cepat dari radius efektif atmosfer, maka semua atmosfer diluar jarak akan membentuk cincin.
Keberatan dari James Jeans (1877-1946). Ia menunjukkan dengan distribusi nebula yang diberikan oleh Roche, materi luar akan menjadi renggang sehingga tidak dapat melawan gaya pasang surut terhadap pusat massanya dan kondensasi tidak akan terjadi. Jeans juga mennunjukkan bahwa untuk materi di dalam cincin yang mengalir dari nebula yang runtuh menuju kondensasi membutuhkan kerapatan yang lebih besar dari kerapatan sistem. Hal ini akan menghasilkan massa atmosfer dengan magnitudo mendekati magnitudo di pusat massa, sehingga bisa menyelesaikan permasalahan momentum sudut.
11. Teori Pembentukan Tata Surya Awal Abad ke-20
Perkembangan teori pementukan Tata Surya pada dekade terakhir abad ke-19 dan dekade pertama abad ke-20, didominasi oleh 2 orang Amerika yakni Thomas Chamberlin (1843-1928) dan Forest Moulton (1872-1952). Dalam membangun teorinya, mereka melakukan komunikasi secara konstan, bertukar pemikiran dan menguji ide-ide yang muncul, namun publikasi atas karya besar mereka dilakukan

5
secara terpisah.
Pada tahun 1890-an, Chamberlin menawarkan solusi untuk teori nebula Laplace. Ia menawarkan adanya satu akumulasi yang membentuk planet atau inti planet (objek kecil terkondensasi diluar materi nebula) yang kemudian dikenal sebagai planetesimal. Menurut Chamberlin, planetesimal akan bergabung membentuk proto planet. Namun karena adanya perbedaan kecepatan partikel dalam dan partikel luar, dimana partikel dalam bergerak lebih cepat dari partikel luar, maka objek yang terbentuk akan memiliki spin retrograde.
Walaupun ide planetesimal ini cukup baik, sejak tahun 1900 Chamberlin dan Moulton mengembangkan teori alternatif untuk pembentukan planet. Keduanya mengembangkan teori tentang materi yang terlontar dari bintang membentuk nebula spiral. Nebula spiral ini tidak diketahui asalnya dan berhasil dipotret oleh para pengamat. Menurut mereka, materi yang terlontar ini bisa membentuk planet yang akan mengitari bintang induknya. Tapi ide ini kemudian mereka tolak karena orbit yang mereka dapatkan terlalu eksentrik/lonjong.
Chamberlin kemudian membangun teori baru yang melibatkan erupsi matahari. Ia memberikan kemungkinan bahwa spiral nebula merupakan hasil interaksi pemisahan dari bintang yang berada dalam proses erupsi dengan bintang lainnya. Teori ini membutuhkan matahari yang aktif dengan prominensa yang masif. Namun sayangnya gaya pasang surut bintang yang berinteraksi dengan matahari hanya mampu menahan materi prominensa di luar matahari tapi tidak mampu memindahkan materi dari matahari. Untuk itu dibutuhkan jarak matahari-bintang lebih besar dari limit Roche untuk matahari dan massa masif yang lebih besar dari massa matahari untuk bintang lainnya.
12. Teori Pasang Surut Jeans
Astronomi Inggris, James Jeans (1877-1946) mengemukakan Tata Surya merupakan hasil interaksi antara bintang lain dan matahari. Perbedaan ide yang ia munculkan dengan ide Chamberlin – Moulton terletak pada absennya prominensa. Menurut Jeans dalam interaksi antara matahari dengan bintang lain yang melewatinya, pasang surut yang ditimbulkan pada matahari sangat besar sehingga ada materi yang terlepas dalam bentuk filamen. Filamen ini tidak stabil dan pecah menjadi gumpalan-gimpalan yang kemudian membentuk proto planet. Akibat pengaruh gravitasi dari bintang proto planet memiliki momentum sudut yang cukup untuk masuk kedalam orbit disekitar matahari. Pada akhirnya efek pasang surut matahari pada proto planet saat pertama kali melewati perihelion memberikan kemungkinan bagi proses pembentukan planet untuk membentuk satelit.
Pada model ini tampaknya spin matahari yang lambat dikesampingkan karena dianggap matahari telah terlebih dahulu terbentuk sebelum proses pembentukan planet. Selain itu tanpa adanya prominensa maka kemiringan axis solar spin dan bidang orbit matahari-bintang tidak akan bisa dijelaskan.
Tahun 1919, Jeans memperbaharui teorinya. Ia menyatakan bahwa saat pertemuan kedua bintang terjadi, radius matahari sama dengan orbit Neptunus. Pengubahan ini memperlihatkan kemudahan untuk melontarkan materi pada jarak yang dikehendaki. Materinya juga cukup dingin, dengan temperatur 20 K dan massa sekitar ½ massa jupiter. Harold Jeffreys (1891-1989) yang sebelumnya mengkritik teori Chamberlin-Moulton juga memberikan beberapa keberatan atas teori Jeans. Keberatan pertamanya mengenai keberadaan bintang masif yang jarang sehingga kemungkinan adanya bintang yang berpapasan dengan matahari pada jarak yang diharapkan sangatlah kecil.
Tahun 1939, keberatan lain datang dari Lyman Spitzer (1914-1997). Menurutnya

6
jika matahari sudah berada dalam kondisi sekarang saat materinya membentuk Jupiter maka diperlukan materi pembentuk yang berasal dari kedalaman dimana kerapatannya sama dengan kerapatan rata-rata matahari dan temperatur sekitar 106 K. Tapi jika harga temperatur ini dipakai dalam persamaan untuk massa kritis jeans, maka massa minimum Jupiter menjadi 100 kali massa Jupiter saat ini.





























7
GAMBAR-GAMBAR TATA SURYA
 







     


8
         
B.ASAL MULA JAGAD RAYA
Jawaban mo
del berseloroh seperti ini mengingatkan kita pada jawaban Santo Agustinus ketika ditanyakan kepadanya tentang apa yang dilakukan Tuhan sebelum peristiwa Big Bang itu terjadi. Jawab Agustinus: Tuhan sibuk membangun neraka buat orang-orang yang melontarkan pertanyaan seperti itu
9
Meneruskan tradisi rutin bulanan selama ini, Jaringan Islam Liberal (JIL) pada tanggal 27 April 2009 menyelenggarakan sebuah diskusi dengan mengangkat tema “Agama, Sains, dan Teori Evolusi”. Diskusi yang berlangsung di Teater Utan Kayu, 68 H Jakarta, malam itu menghadirkan dua narasumber: Karlina L. Supelli dan Mulyadhi Kartanegara.
Secara tidak langsung tema ini diangkat dalam rangka memperingati 200 tahun kelahiran Charles Darwin, sang penggagas teori evolusi. Agak terlambat memang, sebab tarikh kelahiran Darwin tercatat pada bulan Desember, tepatnya pada tanggal 12 Desember 1809. Sedang bulan April sendiri tercatat sebagai bulan wafat Darwin. Darwin wafat pada 19 April 1882 di usia 72 tahun. Tetapi pokok soal yang didiskusikan pada malam itu sungguh bersifat lifetime, dengan demikian menjadi bersifat relatif terhadap waktu.
Kalau kita baca buku Stephen Hawking, Riwayat Sang Kala: Dari Dentuman Besar hingga Lubang Hitam ([A Brief History of Time] Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1995), juga buku Charles Darwin, Asal Usul Spesies ([The Origin of Species by Means of Natural Selection or the Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life] jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), kesadaran kita akan segera tergiring pada sebuah fakta mendasar bahwa sistem besar yang bekerja di jagat raya ini, baik jagat makro maupun mikro, tak lain adalah evolusi. Dari sejak berdirinya jagat raya hingga pembentukan “interior-interiornya”, sistem besar yang bekerja adalah evolusi.
Dalam buku A Brief History of Time, Hawking menjelaskan bahwa jagat raya ini bermula dari sebuah singularitas pada sekitar 10 milyar tahun lampau. Dari singularitas inilah terjadi Big Bang, sebuah dentuman besar. Setelah terjadi ledakan besar, jagat raya kemudian terus-menerus mengalami proses pemuaian. Dalam perjalanan pemuaian ini, temperatur jagat raya lambat laun mengalami penurunan. Pemuaian terus-menerus yang sekaligus dibarengi oleh penurunan temperatur, kodrat jagat raya kemudian berakhir pada sebuah singularitas, sebagaimana ia muncul awal mula. Pada singularitas kali ini, jagat raya akan mengalami Kerkahan Besar atau Big Crunch.  Perkiraan astronomis, dari waktu sekarang sampai terjadinya peristiwa Kerkahan Besar nanti, juga dibutuhkan waktu 10 milyar tahun. Kerkahan besar inilah yang dalam ramalan para ahli astronomi disebut sebagai akhir dari riwayat sang kala atau berakhirnya sang waktu. Dalam bahasa agama peristiwa Kerkahan Besar ini disebut sebagai Hari Akhir atau Kiamat Semesta.
Pada level jagat mikro, kita juga melihat hal yang sama. Sebagaimana halnya jagat makro bermula dari singularitas, jagat mikro juga bermula dari sebuah “singularitas”, yakni amoeba, makhluk bersel satu serba bisa di mana semua tugas dapat dilakukan olehnya tanpa mengalami tumpang tindih. Yang agak berbeda mungkin adalah apakah makhluk-makhluk yang beragam ini akan berakhir pada sebuah “singularitas” juga ataukah tidak, sebagaimana berakhirnya jagat makro.
Bermula pada sebuah kubangan kaldu purba yang pas komposisi adonannya, makhluk bersel satu tersebut kemudian mengalami proses spesiasi atau percabangan spesies baru, dari yang simpel sampai ke bentuk yang kompleks. Richard Dawkins, dalam bukunya, Sungai dari Firdaus: Suatu Pandangan Darwinian tentang Kehidupan (Jakarta: KPG, 2005, hal. 8), menyebut proses spesiasi itu sebagai “a long goodbye”, sebuah ucapan selamat tinggal yang sangat jauh oleh spesies baru terhadap spesies lama.
Mulyadhi malam itu menjelaskan peristiwa-peristiwa jagat raya ini dalam prespektif Rumian (Jalaluddin Rumi). Dalam perspektif Rumian, sistem besar yang bekerja di dalam alam raya bukanlah pertama-tama adalah evolusi, tetapi Energi Cinta. Cinta inilah yang menjelaskan munculnya jagat raya, modus berputar jagat raya, sampai terbentuknya makhluk-makhluk di dalamnya. Persis sebagaimana bunyi sebuah hadis qudsi yang sangat disukai oleh para ahli sufi dalam menjelaskan Tuhan dan asal mula alam raya:  kuntu kanzan makhfiyyan, fa ahbabtu an u’raf, fa khalaqtu khalqan (Pada mulanya, Aku adalah Khazanah Kesunyian. Tapi tak elok rasanya Aku terjebak lama dalam kesunyian, maka Ku ciptakanlah makhluk-makhluk itu).
Energi cinta itulah, dalam perspektif Rumian, yang menjelaskan kenapa Bumi setia berputar mengelilingi Matahari. Kalau saja bukan karena Cinta itu, niscaya Bumi sudah menelusuri jalannya sendiri, bergerak menjauh dari Matahari. Walhasil, benda-benda langit akan jatuh pada situasi chaos. Dengan perspektif Rumian ini, Mulyadhi seolah-olah ingin mengatakan bahwa sistem besar yang pertama-tama bekerja di dalam jagat raya ini adalah Cinta. Cinta sebagai first-line, evolusi sebagai second-line.
Menanggapi presentasi Mulyadhi yang didominasi penjelasan dengan argumentasi Cinta, Karlina melontarkan sebuah metafor yang cerdas dan sungguh sangat menohok tipikal para ahli sains: Cinta telah terkubur oleh gravitasi. Dalam bahasa yang agak vulgar mungkin metafor itu hendak mengatakan:  go to the hell with your Love!  Dengan metafor seperti ini, Karlina seolah-olah ingin mengkritik cara bereaksi kalangan agamawan yang seringkali menyeret hal-hal empirik ke wilayah non-empirik untuk mencarikan penjelasannya.
Jawaban model berseloroh seperti ini mengingatkan kita pada jawaban Santo Agustinus ketika ditanyakan kepadanya tentang apa yang dilakukan Tuhan sebelum peristiwa Big Bang itu terjadi. Jawab Agustinus: Tuhan sibuk membangun neraka buat orang-orang yang melontarkan pertanyaan seperti itu (Stephen Hawking, Riwayat Sang Kala. Jakarta: Pustaka utama Grafiti, 1995, hal. 9).
Dengan metafor Cinta telah terkubur oleh gravitasi, Karlina ingin mengatakan bahwa cara yang paling masuk akal untuk mengurai ruwetnya sejarah alam semesta ini, tak lain adalah teori evolusi. Kekurang-puasan pihak agamawan terhadap penjelasan dengan memakai argumentasi evolusi lebih disebabkan pemahaman mereka tentang teori evolusi seolah-olah teori ini menampik adanya Supreme Being atau Tuhan di balik peristiwa alam raya ini. Menanggapi tuduhan seperti itu, Karlina menjawab: Tuhan adalah ontologi yang dikleim oleh sekian banyak episteme.
Menurut Karlina, teori evolusi sama sekali tidak berkaitan dengan wilayah pertanyaan ambang batas seperti itu. Dalam wawancaranya di Harian Kompas (Rubrik Persona, 5 April 2009), Jorga Ibrahim --guru besar Astronomi ITB, Bandung-- menyebut pertanyaan demikian sebagai pertanyaan khas ilmuwan wilayah perbatasan. Dan sains sama sekali tidak berurusan dengan pertanyaan-pertanyaan demikian, pertanyaan tentang dari dan kemana alam semesta beserta seluruh isinya bergerak (sangkan paraning dumadi). Karlina sendiri saat

10
ditodong dengan pertanyaan seperti ini, ia mengatakan demikian: sejauh menyangkut wilayah empirik, kita bisa bersandar pada penjelasan sains. Di luar itu, kita tak bisa lain kecuali terantuk pada sebuah metafor.
Lebih jauh, menurut Karlina, teori evolusi harus dipahami bahwa dengan teori itu, para ahli sains meyakini adanya sejarah panjang yang melatar belakangi terbentuknya alam semesta dengan segala makhluk yang ada di dalamnya. Dengan teori evolusi ini, mereka ingin mengatakan bahwa alam semesta ini bukanlah peristiwa ahistoris, alam semesta punya sejarah panjang yang dilaluinya setapak demi setapak. Inilah yang sama sekali bertolak belakang dengan keyakinan dalam agama bahwa jagat raya beserta seluruh isinya muncul dengan sekonyong-konyong begitu saja persis ketika Tuhan bersabda:  Kun Fa Yakun (Ada lah, maka segala sesuatu sekonyong-konyong ada). Munculnya alam semesta secara sekonyong-konyong inilah yang ditolak oleh para ahli sains.


Teori-teori terjadinya jagat raya

1.   Teori  “Big Bang” (Dentuman Besar)
Menurut teori ini, jagat raya terbentuk dari ledakan dahsyat yang terjadi kira-kira 13.700 juta tahun yang lalu. Akibat ledakan tersebut materi-materi dengan jumlah sangat banyak terlontar ke segala penjuru alam semesta. Materi-materi tersebut akhirnya membentuk bintang, planet, debu kosmis, asteroid, meteor, energi, dan partikel-partikel lain.  Teori ”Big Bang” ini didukung oleh seorang astronom dari Amerika Serikat, yaitu Edwin Hubble.
Berdasarkan pengamatan dan penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa jagat raya ini tidak bersifat statis. Semakin jauh jarak galaksi dari Bumi, semakin cepat proses pengembangannya. Penemuan tersebut dikuatkan lagi oleh ahli astrofisika dari Amerika Serikat, Arno Pnezias dan Robert Wilson pada tahun 1965 telah mengukur tahap radiasi yang ada di angkasa raya.
2.   Teori “Keadaan Tetap” (Stabil)
Teori ”keadaan tetap” atau teori ciptaan sinambung menyatakan bahwa jagat raya selama berabad-abad selalu dalam keadaan yang sama dan zat hidrogen senantiasa dicipta dari ketiadaan. Penambahan jumlah zat, dalam teori ini memerlukan waktu yang sangat lama, yaitu kira-kira seribu juta tahun untuk satu atom dalam satu volume ruang angkasa. Teori ini diajukan oleh ahli astronomi Fred Hoyle dan beberapa ahli astrofisika Inggris.
Dalam teori ”keadaan tetap”, kita harus menerima bahwa zat baru selalu diciptakan dalam ruang angkasa di antara berbagai galaksi, sehingga galaksi baru akan terbentuk guna menggantikan galaksi yang menjauh. Orang sepakat bahwa zat yang merupakan asal mula bintang dan galaksi tersebut adalah hidrogen.
3.   Teori “Mengembang dan Memampat” (The Oscillating Theory)
Teori ini dikenal pula dengan nama teori ekspansi dan konstraksi. Menurut teori ini, jagat raya terbentuk karena adanya suatu siklus materi yang diawali dengan masa ekspansi atau mengembang yang disebabkan oleh adanya reaksi inti hidrogen, pada tahap ini terbentuklah galaksi-galaksi.
Tahap ini diperkirakan  berlangsung selama 30 milyar tahun, selanjutnya galaksi-galaksi dan bintang yang telah terbentuk akan meredup, kemudian memampat yang didahului dengan keluarnya pancaran panas yang sangat tinggi. Setelah tahap memampat maka tahap berikutnya adalah tahap mengembang dan kemudian memampat lagi.


11
 
4.   Teori “Alam Semesta Quantum”
Teori ini diciptakan oleh William Lane Craig pada tahun 1966. Dia mengemukakan bahwa alam semesta atau jagat raya dalah sudah ada selamanya dan akan selalu ada untuk selamanya pula. Dalam teori ini, ruang hampa pada hakikatnya tidak ada, yang ada adalah partikel-partikel sub atomik.
5.  Teori Protoplanet
Teori ini ditemukan pada tahun 1940 oleh Carl von Weizsaeker, seorang astronom Jerman dan disempurnakan oleh P. Kuiper dan Subrahmanyan Chandrasekar.
Teori ini menyatakan bahwa mula-mula dijagat raya ini ada kumpulan gas dan debu. Kurang lebih 5 milyar tahun yang lalu, gumpalan gas dan debu tersebut memampat. Proses pemampatan ini membuat partikel-partikel debu dan gas tertarik kebagian dalam menuju pusat awan membentuk bola dan terus berotasi. Rotasi inipun bertambah cepat dengan ditariknya partikel-partikel debu dan gas ke pusat awan. Oleh karena rotasi yang cepat ini, maka gumpalan gas mulai memipih membentuk cakram, bagian tengah tebal dan bagian pinggir memipih. Akibat saling menekan, maka bagian tengah menjadi panas dan berpijar (disebut protosun atau cikal bakal matahari). Bagian tepinya terpecah-pecah akibat rotasi yang cepat. Bagian tengah ini yang akhirnya menjadi matahari dan bagian tepi yang terpecah-pecah menjadi gumpalan-gumpalan kecil (protoplanet) yang tetap berotasi. Protoplanet akhirnya membeku dan menjadi planet-planet serta anggota tata surya lainnya.















12
BAB III
 



A.KESIMPULAN
Berdasarkan dari materi – materi yang telah dibahas diatas dapat kami simpulkan bahwa sebuah teori lahir dari keingintahuan akan suatu kejadian atau keadaan. Dalam sejarah terjadinya tata surya, terdapat beberapa teori yang di bagi menjadi dua bagian yakni teori pembentukan tata surya sebelum newton dan sesudah newton, yaitu : Permulaan Perhitungan Ilmiah, Ptolemy dan Teori Geosentrik, Teori Heliosentrik dan Greja, Lahirnya Hukum Kepler, Awal Mula Dipakainya Teleskop, Dasar Yang Diletakkan Newton,Teori Pembentukan Tata Surya Setelah Newton, Teori Komet Buffon, Teori Nebula Lapalace, Penyempurnaan Teori Lapalce, Teori Pembentukan Tata Surya Awal Abad Ke-20, Teori Pasang surut. Dalam teori-teori ini terdapat beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya, di antaranya Aristachus, Eratoshenes, Nicolaus Co Pernicus, Galileo Galilei, Izaac Newton, George Comte De Buffon, James Jeans dan lain sebagainya.
Dalam asal mula jagad raya  terdapat sebuah fakta mendasar bahwa sistem besar yang bekerja di jagat raya ini, baik jagat makro maupun mikro, tak lain adalah evolusi. Dalam buku A Brief History of Time, Hawking menjelaskan bahwa jagat raya ini bermula dari sebuah singularitas pada sekitar 10 milyar tahun lampau. Dari singularitas inilah terjadi Big Bang, sebuah dentuman besar. Setelah terjadi ledakan besar, jagat raya kemudian terus-menerus mengalami proses pemuaian.  Perkiraan astronomis, dari waktu sekarang sampai terjadinya peristiwa Kerkahan Besar nanti, juga dibutuhkan waktu 10 milyar tahun.

B. KRITIK DAN SARAN
 Mengingat pentingnya pelajaran tentang tata surya dan jagad raya, di harapkan agar bapak ibu guru dapatmemberikan pelajaran tambabahan mengenai tat surya dan jagad raya kepada siswa dan di harapkan agar dapat lebih memahaminya.








13
DAFTAR PUSTAKA
 




     Kelompok 2, 2011. Geografi SMA Kelas X. Lamuru : materi geografi kelas X.
     Kelompok 2, 2011. Geografi  SMA. Lamuru : google ( teori-teori terjadinya tata surya dan jagat raya).










14

 










Previous
Next Post »
Thanks for your comment